Wednesday, May 14, 2014

Ia, 22 Tahun Usianya...


Helda bersiap ke TPA
Rasanya baru kemarin kami mengaji bersama di TPA. Berteriak lantang menyerukan ikrar santriwan-santriwati TPA Arafah di dekat rumah. Ditambah pula dengan semangat mengambil kelas ngaji tambahan. Hanya berdua, aku dan ia. Ibu Siti nama pengajarnya.

Rasanya baru kemarin kami berangkat pergi ke sekolah bersama. Saling berlomba bangun lebih pagi. Tak pernah bosan kami dengan menu sarapan yang dibuat oleh Mama. Dari SD hingga SMA. Nasi, telor ceplok + kecap. Tak lupa ditutup dengan secangkir susu Dancow atau Milo rasa coklat. Baru kemudian berangkat. Ya, begitulah rutinitas kami setiap pagi. Sehat.

Saturday, March 1, 2014

Di Beranda





Oh Ibu, tenang sudah 
Lekas seka air matamu 
Sembapmu malu dilihat tetangga

Oh Ayah, trimalah sudah
Rindu ini tak terbelenggu 
Laraku setiap teringat peluknya 

Kini kamarnya teratur rapi 
Ribut suaranya tak ada lagi 
Tak usah kau cari dia tiap pagi

Dan jika suatu saat Buah hatiku, buah hatimu 
Untuk sementara waktu pergi 
Usahlah kau pertanyakan ke mana kakinya kan melangkah 
Kita berdua tahu, dia pasti 
Pulang ke rumah 

Kini kamarnya teratur rapi 
Ribut suaranya tak ada lagi 
Tak usah kau cari dia tiap pagi 

Dan jika suatu saat Buah hatiku, buah hatimu 
Untuk sementara waktu pergi 
Usahlah kau pertanyakan ke mana kakinya kan melangkah  
Kita berdua tahu, dia pasti 
Pulang ke rumah


Wednesday, February 26, 2014

Tadarus 28


Jakarta, 5 Mei 2012.

Sehari pasca milad, tetiba galau (tepatnya 'rindu') dengan suasana rutinitas tadarus pagi di SMAN 28 Jakarta. Aktivitas harian yang biasa dilakukan sebelum memulai pelajaran. Maka dengan spontan muncul ide meramaikan hashtag #tadarus di linimasa, sejenak bernostalgia masa indah di SMA. Berikut kicauan dari akun twitter @bangjamil memulai cerita mengenai #tadarus.

Teruntuk Warga 28, selamat bernostalgia! ^^

Sesederhana itu...

Sesederhana bebas bernafas tanpa dipungut bayaran; 
Sesederhana kelopak mata yang dapat melakukan kedipan;
Sesederhana berbagai anggota tubuh yang dapat melakukan berbagai gerakan;
Sesederhana tubuh nan sehat sehingga dapat lakukan ragam kegiatan;
Sesederhana mata yang mampu menatap indahnya karya Tuhan;
Sesederhana telinga yang mampu mendengar ragam suara;
Sesederhana mulut yang menjadi jalan masuknya makanan;
Sesederhana lidah yang mengecap rasa dan mengucap berbagai kata;
Bahkan sesederhana bebas dari sakit gigi ataupun sariawan;
Sesederhana itu...
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak kau dustakan...

Sesederhana akal yang mudah berfikir;
Sesederhana hati yang gemar berdzikir;
Sesederhana raga yang terbangun pasca terlelap di malam panjang;
Sesederhana hati yang cenderung dalam ketaatan;
Sesederhana diri yang terjaga dari bisik kemaksiatan;
Sesederhana beragam kemudahan yang hadir pasca kesulitan;
Sesederhana ringannya tangan memberi kepada yang membutuhkan;
Sesederhana langkah yang dimudahkan berjalan menuju ketaqwaan;
Sesederhana tiap perjalanan yang diberi keselamatan; 
Sesederhana dipertemukan dengan ragam orang yang mengajak pada kebaikan;
Sesederhana itu...
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak kau dustakan...



Sebuah kontemplasi diri,
Bandung dini hari,
26 Februari 2014