Saturday, February 8, 2014

Young Leader Talk (2): Pemuda, Jangan Golput!

Setelah saya mengawali bahasan acara #YLT4 dengan judul "Ada Ulil di balik Gita?", kali ini saya akan memaparkan konten inti dari diskusi  bersama Uda Yusuf dan Pak Gita Wirjawan. Yap, acara inti diskusi ialah saat beliau berdua berbicara. Sedangkan saat Ulil yang berbicara, itu hanya selingan wawasan bahwa ternyata pentolan JIL ada di belakang Pak GW. ^^

Bismillah, mari kita simak beberapa rangkuman dari hasil diskusi Uda Yusuf dan Pak Gita Wirjawan.

Gita Wirjawan di Young Leader Talk
Bandung, 5 Februari 2014

Setelah Kang Syauqi selaku moderator membuka diskusi, kesempatan bicara pertama diberikan kepada Pak Gita.

"Sampurasun! Hidup Persib!" ucap Pak Gita mengawali sambutannya.

Antusias peserta Young Leader Talk
 Beliau mengucapkan kata "Sampurasun" kemudian dijawab dengan kata "Rampes" oleh para peserta. Dua kata ini (Sampurasun - Rampes) merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Sunda. Dalam sejarah peradaban Sunda, kata Sampurasun merupakan singkatan dari Sampura (hampura) yang artinya punten. Kata ini singkatan dari "abdi nyuhungkeun dihapunten" (Saya mohon dimaafkan). Sehingga ketika seseorang mengucapkan Sampurasun, maka jawabannya tentu saja Rampes, artinya "mangga dihapunten" (baik dimaafkan). Maka kata Sampurasun-Rampes menjadi frase yang pengucapannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Kemudian beliau juga menyapa dengan kalimat "Hidup Persib!", karena dominan peserta yang hadir ialah pemuda Bandung, yang notabene menjadi Bobotoh (pendukung) Persib Bandung. Selain itu juga di sore hari sebelum diskusi berlangsung, Persib baru saja bertanding mengalahkan Persita Tangerang. Suasana tempat pun sangat Persib sekali karena diselenggarakan di Kedai Persib, Jalan Sulanjana.

Awalan yang cantik, disambut dengan sangat hangat oleh para peserta diskusi.. 

Kemudian Pak Gita Wirjawan menjelaskan alasan terkait pengunduran diri beliau dari jabatan Menteri Perdagangan,
"Saya mau bersama kalian. Because I wanna be with you. Saya mau kita berada dalam satu kapal..."
Pernyataan ini seolah menghipnotis para peserta sehingga peserta pun menanggapinya dengan riuh tepuk tangan. Sebagaimana kita ketahui, belum lama ini Pak Gita Wirjawan memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Menteri Perdagangan. Hal ini bersamaan dengan pengajuan dirinya sebagai peserta konvensi pencalonan presiden dari Partai Demokrat.

Ada juga pernyataan beliau yang sempat membuat saya bertanya-tanya. Beliau berkata,
"Pemerintahan SBY sudah bisa meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar lima kali lipat..."
Benarkah? Sayangnya pernyataan Pak Gita Wirjawan ini tidak didukung dengan data pendukung yang valid untuk kemudian disampaikan ke publik.

Dalam kesempatan ini pula Pak Gita Wirjawan menunjukkan komitmennya memberantas korupsi.
"Jika saya menjadi presiden, saya akan meningkatkan anggaran untuk menaikkan jumlah penyidik KPK, guna membantu memerangi korupsi di negeri ini."
Selain itu, Pak Gita Wirjawan juga mengunkapkan pendapatnya mengenai peran pemuda bagi bangsa,
"Kita punya kontrak moral meneruskan perjuangan pendiri negara ini, yang paling konkrit ialah jangan golput. Sebagai mahasiswa, berpartisipasilah dalam politik, ikutlah politik praktis yangg benar, pahami dengan baik."
***

Moderator kembali mengambil alih jalannya diskusi. Sebuah pertanyaan digulirkan, Apa peran pemuda untuk negeri ini? Kini giliran Uda Yusuf untuk menyampaikan gagasan-gagasannya.

Di awal perkenalan Uda Yusuf, beliau menyampaikan bahwa dirinya bukanlah mahasiswa yang berprestasi di ITB. Sempat mengalami masa-masa sulit di tahun pertama kedua dengan nilai akadamis yang kurang memuaskan. Menjadi sebuah titik balik adalah ketika ada kesempatan mengemban amanah sebagai Presiden BM KM-ITB. Semuanya menuntut beliau untuk seimbang di segala hal. Prestai akademis oke. Sikap kritis mahasiswa sebagai oposisi pemerintahan pun oke. Hal ini ia ejawantahkan dalam aktivitasnya sebagai presma KM-ITB.

Ridwansyah Yusuf (@udayusuf)
  berbagi pengalaman
Pengalamannya sebagai aktifis mahasiswa, ditambah dengan studi Master di Institute of Social Studies, Erasmus University untuk program Governance, Policy, and Political Economy tentunya membuat Uda Yusuf kaya akan pemahaman di bidang politik. Sebuah pernyataan Uda Yusuf yang sangat nampol bagi saya adalah saat beliau berkata,
"Bukan (sistem) politiknya yang busuk, melainkan orang-orang didalamnya-lah yang membuat politik itu busuk. Tidak ada politik busuk, yang ada ialah politisi busuk. Politik adalah bagian dari kehidupan kita. Busuk atau tidaknya, bisa kita ubah dengan cara kita masuk ke dalam dunianya."

Kondisi ini (maraknya politisi busuk) semakin diperparah dengan sikap apatis para pemuda, utamanya mahasiswa terhadap perpolitikan di Indonesia. Mahasiswa biasanya enggan berbicara mengenai politik. Ketika berbicara politik pun lebih dominan mencibir. Hanya sekadar melemparkan banyak kritikan, tanpa menawarkan berbagai gagasan.
"Ketika kita tidak peduli tidak politik, maka kita pun akan mudah 'dipolitiki'. Tidak kritis atas tiap kebijakan. Maka tak heran ketika ada kebijakan BBM naik, banyak (pemuda) yang buta harus bersikap apa. Gagap dalam bersikap, minim pula dalam gagasan."
Maka Jangan Golput ialah ajakan konkrit dan relevan untuk para pemuda. Terutama di tahun 2014 ini, tahunnya pemilu, tahunnya pesta demokrasi untuk menentukan nasib negeri. Kenali calon-calon wakil rakyat kita. Kenali pula calon-calon pemimpin negeri kita. Disinilah partisipasi kita dalam berpolitik. Jika sejak awal kita sudah apatis serta enggan untuk berpartisipasi, tak usahlah berkomentar akan buruknya kondisi negeri. Mantan SekJend PPI Belanda ini juga berkata,
"Politik bukanlah tujuan. Politik ialah sarana 'tuk mencapai tujuan."
Kita semua tentunya mencintai negeri ini. Kita semua tentunya bercita-cita agar Indonesia semakin baik dari hari ke hari. Banyak cara untuk mewujudkannya. Berpartisipasi dalam politik salah satunya. Jangan golput, wujud nyatanya.

Terakhir, Uda Yusuf menyampaikan tiga pesan kepada para calon pemimpin negeri. Tiga pesan ditujukan kepada para calon presiden yang beradu strategi tahun ini. Ditujukan pula kepada generasi (kita) yang 'kan jadi presiden di masa nanti.
"Saya memiliki tiga pesan untuk para calon presiden: Pertama, kita rindu presiden yang bisa membuat kita bangga akan Indonesia. Kedua, kita butuh presiden yang bisa mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata internasional. Ketiga, kita butuh presiden yang bisa memimpin Indonesia ini dengan CINTA.."
"Anda bisa mencintai sesuatu tanpa memimpin. Tetapi Anda tidak akan bisa memimpin tanpa mencintai"

***

Sekian sekilas review mengenai diskusi yang saya ikuti. Semoga bermanfaat bagi siapapun yang nyasar ke blog ini. Terimakasih saya ucapkan kepada segenap panitia; rekan-rekan FIM (Forum Indonesia Muda) Bandung dan BSLF (Bandung Strategic Leadership Forum) yang sudah meng-create acara superb keren ini.

Sekali lagi, golput bukanlah solusi membangun negeri. So, Jangan golput!^^



Sabtu, 8 Februari 2014
Taman Bukit Alamanda,
Garut.

No comments:

Post a Comment